Di penghujung tahun 2022 ini, tepatnya pada hari Kamis, 17 November 2022 Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga bersamaan dengan kolaborasi antara Staff Inbound x Monthly Discussion (MODIS) telah menyelenggarakan Kuliah Tamu yang mengangkat tema “Understanding Microbial Ecophysiology To Minimize Food Safety Risks”. Pembicara pada Kuliah Tamu ini tentunya adalah seorang ahli dalam bidang Mikrobiologi Pangan yang dihadirkan dari luar Indonesia, yaitu berasal dari Institut Pertanian Tasmania, Australia. Beliau adalah Prof. Chawalit Kocharunchitt atau yang kerap disapa Prof. Jay. Kuliah tamu ini diselenggarakan secara online melalui Zoom Meeting, namun hal tersebut tidak menghalangi antusias mahasiswa dalam mengikuti dan berdiskusi bersama Prof. Jay dalam kuliah tamu tersebut.
Kuliah Tamu dimulai dengan sambutan hangat oleh MC dan Moderator dari Frisca Nur Shinta Anggraini yang merupakan mahasiswi Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan tengah duduk di semester 3. Acara kemudian dilanjutkan dengan membaca doa bersama, menyanyikan lagu nasional Indonesia Raya, dan Hymne Airlangga. Serangkaian acara pembuka ini seakan menjadi rangkaian wajib bagi kami Mahasiswa Universitas Airlangga dalam menjunjung tinggi negara Indonesia dan almamater tercinta. Sebelum memasuki acara inti, Moderator kuliah tamu, Frisca mengajak semua partisipan untuk sejenak mendengarkan pengenalan singkat Prof. Jay selaku pembicara kuliah tamu ini melalui pembacaan CV.
Prof. Jay merupakan seorang dosen senior dan ilmuwan riset di bidang Mikrobiologi Pangan dalam pusat keamanan dan inovasi pangan di Institut Pertanian Tasmania, Australia. Pada tahun 2019 menerima Penghargaan CSIRO Di Prime Performance Award Sebagai Pengakuan atas upaya dan kontribusi yang signifikan untuk menciptakan dampak dari penelitian. Selain itu, beliau juga sangat berpengalaman dalam ekologi dan fisiologi mikroba yang berkaitan dengan makanan dan cara pemanfaatannya guna meningkatkan keamanan dan kualitas makanan secara mikrobiologis. Setidaknya 10 tahun pengalaman profesional beliau dalam mikrobiologi pangan.
Rangkaian acara berlanjut pada agenda inti yaitu pemaparan materi dari Prof. Jay. Topik yang disampaikan ini sangat penting karena dengan adanya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan keamanan pangan, masyarakat terutama yang memiliki peran sebagai konsumen dapat terlindungi dari mikroorganisme patogen dan racun dalam makanan. Disamping itu, pengetahuan tentang mikroba akan dapat membantu masyarakat dalam memberikan efek pengawetan pada bahan makanan yang dapat memperpanjang daya simpan dan memaksimalkan kualitas produk. Pada sub materi mengenai bakteri Escherichia coli, Prof. Jay menyebutkan bahwa Escherichia coli merupakan bakteri yang tergolong dalam dalam famili Enterobacteriaceae dan termasuk dalam jenis bakteri gram negatif serta beberapa diantaranya bersifat patogen karena menyebabkan penyakit pada ekstraintestinal dan gastrointestinal seperti diare. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) adalah bagian dari patogen Escherichia coli yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan toksin bernamaShiga atau STEC dengan inang alami dari Shiga dapat ditemukan di saluran pencernaan ternak ruminansia, khususnya sapi. Prof. Jay menambahkan bahwa penularan STEC pada manusia dapat terjadi melalui makanan yang telah terkontaminasi feses selama pengolahan atau kontak langsung makanan dengan lingkungan, misalnya air. Gejala penyakit yang disebabkan oleh STEC yaitu kram perut dan diare yang dalam beberapa kasus dapat berkembang menjadi diare berdarah (kolitis hemoragik). Selain itu juga dapat menyebabkan demam dan muntah. Infeksi ini dapat menyebabkan penyakit jiwa, seperti sindrom hemolitik uremik (SHU) yang ditandai dengan gagal ginjal akut, anemia hemolitik dan trombositopenia (trombosit darah rendah.
Melalui pemaparan materi ini juga dijelaskan mengenai beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan STEC yang dibedakan berdasarkan jenis bahan makanannya yaitu bahan makanan yang mentah dan dimasak. Salah satu contoh strategi yang dapat digunakan dalam mengendalikan STEC adalah dengan memanaskan makanan hingga suhu internal 68,3°C selama beberapa detik pada saat memasak. Sedangkan pada makanan mentah, mengendalikan STEC dapat melalui proses iradiasi.
Setelah pemaparan materi yang diberikan oleh Prof.Jay, maka kegiatan selanjutnya adalah forum diskusi dan tanya jawab oleh para peserta. Dalam sesi ini, peserta sangat aktif dan antusias dalam bertanya mengenai topik yang dibawakan oleh Prof.Jay. Hal tersebut menunjukkan bahwa para peserta memiliki semangat yang tinggi dan ketertarikan untuk menyimak pemaparan materi selama kuliah tamu berlangsung.
Dengan diadakannya kuliah tamu ini diharapkan mahasiswa mampu mengimplementasikan materi yang telah didapatkan dan menciptakan inovasi-inovasi baru kedepannya yang dapat bermanfaat, utamanya guna meningkatkan keamanan pangan karena makanan merupakan suatu kebutuhan pokok, yang tentu akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.